Enhanced Data for Global Evolution (EDGE)
EDGE
atau Enhanced Data for Global Evolution adalah teknologi evolusi dari
GSM dan IS-136. Tujuan pengembangan teknologi baru ini adalah untuk
meningkatkan kecepatan transmisi data, efesiensi spektrum, dan
memungkinkannya penggunaan aplikasi-aplikasi baru serta meningkatkan
kapasistas.
Pengaplikasian EDGE pada jaringan GSM fase 2+ seperti
GPRS dan HSCSD dilakukan dengan penambahan lapisan fisik baru pada sisi
Radio Access Network (RAN). Jadi tidak ada berubahan di sisi jaringan
inti seperti MSC, SGSN, ataupun GGSN.
Kapasitas EDGE Sebagai Teknologi Data Transfer Tingkat Advance
Pada
GPRS menawarkan kecepatan data sebesar 115 kbps, dan secara teori dapat
mencapai 160 kbps. Sedangkan pada EDGE kecepatan datanya sbesar 384
kbps, dan secara teori dapat mencapai 473,6 kbps. Secara umum kecepatan
EDGE tiga kali lebih besar dari GPRS. Hal ini dimungkinkan karena pada
EDGE digunakan teknik modulasi (EDGE menggunakan 8PSK,GPRS menggunakan
GMSK) dan metode toleransi kesalahan yang berbeda dengan GPRS, dan juga
mekanisme adaptasi pranala yang diperbaiki. EDGE juga menggunakan coding
scheme yang berbeda dengan GPRS. Dalam EDGE dikenal 9 macam skema
pengkodean, sedangkan di GPRS hanya ada 4 skema pengkodean.
EDGE
mengalami perkembangan dari beberapa generasi terdahulu. Perkembangan
teknologi ini didahului oleh AMPS sebagai teknologi komunikasi seluler
generasi pertama pada tahun 1978, hingga sekarang (tahun 2006),
perkembangan nya sudah sampai pada teknologi generasi ke-4, walaupun
masih dalam tahap penelitian dan uji coba. GSM sendiri sebagai salah
satu teknologi komunikasi mobile generasi kedua, merupakan teknologi
yang saat ini paling banyak digunakan di berbagai negara. Dalam
perkembangannya, GSM yang mampu menyalurkan komunikasi suara dan data
berkecepatan rendah (9.6 – 14.4 kbps), kemudian berkembang menjadi GPRS
yang mampu menyalurkan suara dan juga data dengan kecepatan yang lebih
baik,115 kbps.
Pada fase selanjutnya, meningkatnya kebutuhan akan
sebuah system komunikasi mobile yang mampu menyalurkan data dengan
kecepatan yang lebih tinggi, dan untuk menjawab kebutuhan ini kemudian
diperkenalkanlah EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) yang mampu
menyalurkan data dengan kecepatan hingga 3 kali kecepatan GPRS, yaitu
384 kbps.
Pada pengembangan selanjutnya, diperkenalkanlah
teknologi generasi ketiga, salah satunya UMTS (Universal Mobile
Telecommunication Service), yang mampu menyalurkan data dengan kecepatan
hingga 2 Mbps. Dengan kecepatan hingga 2 Mbps, jaringan UMTS dapat
melayani aplikasi-aplikasi multimedia (video streaming, akses internet
ataupun video conference) melalui perangkat seluler dengan cukup baik.
Perkembangan di dunia telekomunikasi seluler ini diyakini akan terus
berkembang, hingga nantinya diperkenalkan teknologi-teknologi baru yang
lebih baik dari yang ada saat ini. Akhir-akhir ini, para ilmuwan
berusaha mengembangkan teknologi telekomunikasi seluler dengan jangkauan
yang sangat lebar, tingkat mobilitas tinggi, layanan yang terintegrasi,
dan berbasikan IP (mobile IP). Teknologi ini diperkenalkan dengan nama
“Beyond 3G” atau 4G.
Kapasitas dan Kapabilitas EDGE Sebagai Teknologi Mobile Generasi Ketiga (3G)
Sebagaimana
telah disinggung pada poin sebelumnya, EDGE memiliki keunggulan dalam
transfer data, misalnya, teknologi EDGE bisa tiga kali lebih cepat dari
teknologi GPRS. Artinya, bila pelanggan selular ingin mendownload pesan
MMS dengan teknologi GPRS memerlukan waktu puluhan detik, tapi dengan
teknologi EDGE, hanya perlu waktu beberapa detik saja.
Di
Indonesia, teknologi EDGE sudah berkembang selama beberapa tahun sejak
tahun terakhir EDGE. Perkembangan teknologi GSM di Indonesia bergulir
secara pesat dimulai dengan penggelaran secara serempak dual band (GSM
900 dan 1800) dan dilanjutkan penggelaran GPRS secara serempak, telah
berhasil menghantar industri memasuki fase 2,5 secara tidak terasa.
Belum lama teknologi 2,5G bergulir, lahirlah teknologi 3G yang membawa
revolusi dalam teknologi seluler Indonesia. Beberapa provider di
Indonesia, seperti Indosat, Telkomsel, dan Excelcomindo berlomba- lomba
menciptakan inovasi baru dengan mengusung teknologi 3G. Banyak
masyarakat indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di kota besar
deperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya yang menggunakan berbagai
layanan 3G yang tersedia seperti panggilan video, download content,
akses internet kecepatan tinggi, dll.
Setelah kurang lebih 2
tahun diperkenalkan 3G di Indonesia sekarang sudah muncul evolusi dari
3G yang dikenal dengan nama HSDPA atau 3,5G. HSDPA atau High Speed
Downlink Packet Access merupakan teknologi yang berjalan pada platform
3G pada channel baru yang disebut High Speed Downlink Shared Channel
(HS-DSCH). Dengan HDSPA, kecepatan downlink secara teori dapat mencapai
3,6 Mbps bandingkan dengan 3G yang hanya mencapai 384 Kbps. Karena masih
berjalan pada platform 3G namun dengan kecepatan melampaui kecepatan 3G
standar maka teknologi ini disebut juga sebagai 3,5G. Sebenernya
perkembangan teknologi HSDPA pada 3G hampir mirip dengan perkembangan
teknologi EDGE atau Enhanced GPRS (EGPRS) pada GPRS. Perlu diketahui,
EDGE memiliki kecepatan downlink mencapai 236 Kbps, cukup cepat jika
dibandingkan dengan GPRS standar yang memiliki kecepatan sekitar 50
Kbps. Karena hal tersebut pula teknologi EDGE atau EGPRS juga dikenal
dengan nama teknologi 2,75G
Cr:http://mahmudbn.xtgem.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar